Belajar Dari Kupu-kupu

Hay,, sobat...! salam jumpa kembali. Melanjutkan posting kemarin tentang Belajar Dari Alam Semesta, kali ini kita akan memabahas tentang kupu-kupu. Ketika ku berada dalam Istana Cinta, ada seokor kupu-kupu berwarna ungu yang  sangat indah, terbang bebas seakan tiada masalah. Dari kupu-kupu itulah kumulai bertanya dan bertanya, hingga akhirnya sang kupu-kupu pun memberi pelajaran yang sangat berharga untukku. Bagaimana aku harus menjalani hidupku. Hingga akhirnya kujadikan salah satu lambang di Istana Cinta hehe,,,

Ada berbagai macam kupu-kupu, dan kebanyakan indah dipandang. Saat terbang kepak sayapnya tidak terdengar, namun mampu mengangkat tubuh sang kupu-kupu itu. Apakah kalian bisa mendengar kepak sayap kupu-kupu? hehe... Namaun kalau melihat perjuangannya hingga menjadi seekor kupu-kupu ternyata begitu berat.

Telur kupu-kupu menetas menjadi ulat. Bentuknya jelek, orang tidak suka melihatnya. Dia makan begitu rakus. Menjadi musuh bagi para petani, dan banyak tidak disukai orang.

Namun setelah sampai waktunya ia berfikir, haruskah saya seperti ini? Gerakan dan pandangan sang ulat sangatlah terbatas. Ia melihat burung yang terbang, lalu berfikir dapatkah aku seperti burung itu, terbang ke sana ke mari dengan bebas.

Datanglah malaikat kepadanya. "Maukah kamu bisa terbang?", ulat menjawab "Ya, saya mau, tapi bagaimana caranya?"

Lalu malaikat itu memberitahu bagaimana caranya agar ulat dapat terbang. Malaikat juga memberitahu betapa berat jalan yang harus ditempuh dan nyawa sebagai taruhannya. Namun ulat sanggup menjalani semua itu.

Ulat kemudian mencari tempat yang dianggap aman untuk melaksanakan keinginannya. Ia Bertapa, Berpuasa, berubah menjadi kepompong, yang tidak dapat bergerak sama sekali. Ia menutup semua komunikasi dengan dunia luar, menyendiri dan terus berdo'a.

Akhirnya keinginannya yang disertai pengorbanan itu terkabul. Ulat itu berubah menjadi kupu-kupu yang indah, banyak disenangi orang. Tak seperti ketika menjadi ulat.

Kupu-kupu itu lalu terbang melihat-lihat betapa luas bumi ini. Dan kebiasaan makannya pun berubah. Semua berubah. Hinggap di bunga-bunga yang indah pula, membantu bunga menebarkan sari-sari cintanya ke bunga lainnya.

Namun sayang, usianya hanya beberapa hari, tapi ia tak pernah menyesali keadaannya. Meskipun hidup sebagai kupu-kupu tidak lama, namun ia merasa bangga karena tidak lagi merusak seperti waktu menjadi ulat dulu, bahkan ia telah membantu tumbuh-tumbuhan, membantu penyerbukan. Dan kematiannya pun tidaklah sia-sia.

Wahai sahabatku, akankah kita terus menjadi sang ulat..??? Tidakkah ingin kita menjadi sang kupu-kupu, walau tak lama usianya, namun dapat menebarkan CINTA kepada sesamanya (makhluk lain).

SALAM CINTA